Latar belakang

Layang- Layang
Sejarah dan Asal Muasal Layang-Layang Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari China sekitar 2500 SM. Diperkirakan dari China, layang-layang mulai disebarluaskan ke negara Asia lain seperti Korea, Jepang, Indonesia dan India. Bahkan, permainan layang-layang menyebar ke Barat hingga kemudian populer di Eropa. Di Asia layang-layang umumnya berarti sebagai perlambang suatu upacara ,ataaupun ritual tradisional. Sementara di Eropa layang layang awalnya digunakan untuk bermain anak-anak, namun akhirnya dimanfaatkan juga oleh ilmuwan Benjamin Franklin saat ujucoba penemuanya bahwa petir itu adalah listrik dengan cara menerbangkan elemen-elemen logam dengan layang-layang.
Di Indonesia sendiri fungsi layang-layang berbeda-beda. Di beberapa daerah, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Di daerah Sulawesi ditemukan layang-layang berbahan daun dan framenya terbuat dari rotan, sementara di Bali layanganya berukuran besar dan diterbangkan ramai-ramai. Di Jawa Barat , Lampung, ditemukan layang-layang yang dilengkapi umpan pancing sehingga dapat digunakan untuk memancing ikan. Di Pangandaran layang-layang dilengkapi jebakan untuk menangkap kelelawar
Layang-layang yang umum di Indonesia
Jika musim kemarau tiba, biasanya diikuti pula dengan kecepatan angin yang berhembus. Saat inilah layang-layang menjadi umum di beberapa daerah, tak hanya di kota kecil dan pedesaan, di perkotaan kadang masih ditemui anak-anak yang bermain layangan. Saat seperti ini biasanya disebut “musim layangan”
Saat musim layangan inilah biasanya muncul yang namanya layangan aduan, yaitu layangan berbentuk layang-layang, yang diadu di udara, yang benanngnya putus yang kalah, dan yang paling lama bertahan di udara yang menang.
Layangan Hias

Layangan yang biasa digunakan untuk mengadu , ada pula yang dinamakan dengan layangan hias. Layangan hias ini biassnya bentuk dan ukuranya,bahan dan warnanya bervariasi dan berbeda dari layangan aduan. Frame misalnya, layangan hias ini tidak harus menggunakan bamboo, ada yang menggunakan pipa kecil, begitupun bahan penutupnya, tidak hanya kertas, parasut, kain, plastik boleh digunakan.
Sama halnya dengan layangan aduan, layangan hias juga diadu, bedanya layangan hias ini yang menjadi nilai utamanya pada penampilannya selain kemampuan terbangnya
Biasanya, lomba layangan hias diadakan secara besar-besaran di lapangan luas, beberapa bulan lalu di Lapangan Kenjeran Surabaya telah berlangsung festival layang-layang.
Komunitas Pecinta Layangan
Meskipun terkesan kalau layangan adalah permainan kampung, murahan, kuno, dan kesan negatif lainnya, nyatanya ada beberapa orang yang mencintai permainan ini dan melestarikanya dengan cara membentuk komunitas pecinta layangan, baik layangan adu ataupun layangan hias. Komunitas ini tersebar di beberapa kota di Indonesia, di Jakarta ada OWK( our world of kites), di Surabaya ada Perlabaya (persatuan layang-layang surabaya), Pelma (pelayang malang) dll , aktivitas mereka adalah selain membuat layangan yang unik, mereka juga rutin untuk bermain layangan keayangan mereka.
Sumber referensi: http://www.berbagaihal.com/2011/04/berbagai-hal-tentang-layang-layang.html
Permasalahan & sumber data
Saat ini di kota Surabaya masih memiliki masalah yang cukup komplek, yaitu permasalahan sampah, jumlah total sampah Surabaya yang 8000 m3/hari engingat jumlah total sampah Surabaya yang 8000 m3/hari, masih ada 5000 m3/hari yang ahrus dipikirkan penanganannya, kalau dipaksakan, kapasitas LPA tersebut bisa ditambah. Tetapi keputusan ini akan mengurangi umur lahan. Dengan kata lain diperlukan adanya reduksi volume sampah yang akan dibuang ke LPA. Dimulai dari reduksi samapah domestik rumah tangga selanjutnya reduksi sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Di TPS-TPS dilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik. Sampah organik (sebanyak 80 % dari sampah total) dapat diproses menjadi kompos dan didaur ulang, sedangkan sampah anorganik dapat disalurkan ke industri plastik , kaleng,paving dan briket. Lalu bagaimanakah dengan LPA Keputih ? Imam dan Suwarno menjelaskan, telah ada konsep untuk revitalisasinya. Hanya saja untuk realisasinya semua diserahkan kepada Dinas KEbersihan Pemkot Surabaya. (http://www.its.ac.id/berita.php?nomer=154)
Dari data di atas sudah dapat dibayangkan jumlah sampah di kota Surabaya ini, jika hal ini dibiarkan saja maka bukan tak mungkin permasalahan sampah di kota Surabaya ini akan kompleks dan susah dipecahkan seperti di Jakarta. Tak hanya masalah teknis, penumpukan jumlah sampah dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan pencemaran lingkungan, perluasan lahan tpa juga akan mengurangi wilayah kota. Jika saja lahan perluasan itu digunakan untuk hutan kota akan lebih bermanfaaat.http://enjoyingditri.weebly.com/desain-dan-gaya-hidup.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar